Setelah baca penjelasan saya sedikit, gimana tuh? Mampu ga
Indonesia membiayai seluruh potensi ekonomi yang ada di depan matanya?
Bisa, iya kan? Kenapa ga bisa? Sebab dengan pemaparan sederhana di
atas, selama ini ya kita jadi tahu, bahwa “Sudah koq. Sudah dibiayai oleh
masyarakat. Dari dana tabungannya, dari dana pensiunnya, dari dana asuransinya,
dari dana pajaknya, dari dana zakat dan sedekahnya.” Yang kita minta, hanya,
tolong libatkan mereka. Angkat derajatnya. Jangan ditinggal, jangan
dipinggirkan.
Pemikiran ini bener-bener kelihatannya sepele koq. Ga ribet. Dan
asli sepele. Ringan. Simpel. Melibatkan internal dirinya sendiri. Tadi udah
belajar tuh. Ga pake dana luar saja, ga pake dana asing, hanya potensi kredit
yang sangat mungkin didapat sama karyawannya kawan tadi, sudah bisa dapat dana
setengah T. Dahsyat kan? Dan kita sama-sama tahu, jika kreditnya lancar, maka
akan ditambah dan ditambah. Maka bisa berapa tuh kapitalisasinya? Bisa 1T, 2T,
3T, 4T, dan seterusnya. Dan itu ga kemana dan ga buat siapa-siapa. Ke dalam
sendiri.
Gagasan ini tinggal diperlebar saja. Ke perusahaan-perusahaan
lain.
Saya coba deh bantu.
Mall misalnya. Karyawannya baik tetap maupun outsource, dan
karyawan para tenant, kayak karyawannya resto-resto, dan toko-toko di Mall
tersebut, bisa mencapai 4rb karyawan. Nah, mungkin ga mereka jadi pemilik Mall?
Ikut memiliki lah? Mungkin kan? Jangan bilang ga mungkin.
1 SMU negeri aja, 1 SMP negeri, 1 SD negeri, bisa 500-an koq
muridnya. Jumlahnya? Berapa tuh? Ribuan kan? Ga usah dikaliin jutaan. Kan
mereka pelajar. Kaliin jumlah puluhan ribu aja atau maksimal 100rb. Udah GILA
bener tuh jumlahnya.
Jika pelajar satu sekolah, dan itu pun hanya kelas 3 SMU nya saja,
3 SMP saja, 6 SD nya saja, bahkan TK, jelang perpisahan, bisa patungan sewa
ber-bus-bus, +booking tempat rekreasi dan memberi manfaat ekonomi bagi
katering, warung, jajan, oleh-oleh... Nah, apalagi kalau yang patungan,
berjamaah, bukan hanya kelas 3 nya saja, bukan hanya kelas 6 nya saja, bukan
hanya TK akhirnya aja. Tapi semua level, level kelas, dan bukan di akhir. Tapi
sejak dari awal. Apa yang terjadi? Mereka bisa bahkan BELI perusahaan bus!
Bukan hanya bisa beli 1 bus. Beli 1 perusahaan bus, he he he.
Ga percaya? Dicoba saja.
Bikin aja coba Koperasi Pelajar. Targetnya: Belajar, dan mengukur
potensi pelajar Indonesia yang juga ga keruan banyaknya. Pokoknya, wes, negeri
ini negeri super besar. Berkah dah. Kawan saya dari Malaysia sampe bilang
begini, “Bodoh benar jika ada yang ga bisa usaha di Indonesia. Orangnya
banyak...”, katanya, sambil terkekeh-kekeh. Dia ini jualan kosmetiknya, sampe
ke Indonesia. Bahkan jualan baju.
Aneh kan? Ga aneh juga. Ini juga soal
pendidikan. Makanya, coba dibuat untuk sarana pembelajaran juga, Koperasi
Pelajar. Anggotanya semua anak-anak TK, semua anak-anak SD, semua anak-anak
SMP, SMU, sampe adik-adik dan kawan-kawan mahasiswa. Wuih, bakal jadi raksasa
juga ini koperasi. Sekali lagi, sebab jumlah. Hal in harus disyukuri dengan
benar-benar dikembangkan dan dikelola dengan baik.
Saya gerakin, praktis, lewat twitter saja, dengan izin Allah sudah
bisa ngakuisisi hotel di bandara loh. Ini baru “berdehem” doang, he he he.
Belum bener-bener gerak. Dan udah bikin semua heboh, he he he. Tapi saya jadi
tersenyum, bahwa segala oretan ini bukan candaan. Ini sebuah keniscayaan.
***
salah satu alasan kenapa harus BELI ULANG Indonesia dengan#IndonesiaBerjamaah
PART 5 KLIK DISINI
No comments:
Post a Comment