Di satu daerah, yang bisa dibuka lahan sawit, misalnya. Yah, meski
sawit disebut oleh sebagian pengamat keuangan, pasar modal, investasi, bukan
sesuatu yang bagus dan menguntungkan. Tapi buat saya, ini cara berpikir.
Di satu daerah, yang bisa dibuka lahan sawit, berkumpullah kepala
daerah dan pengusahanya. Mereka bersepakat, ada kerjasama, memajukan daerahnya.
Katanya, untuk masyarakatnya. Bagus kan?
Ok, saya teruskan. Berbekal dengan surat dari kepala daerah, dan
kondite pengusaha ini, majulah dia ke bank. Bank kemudian memberikan kredit ke
dia. Berapa? 250 milyar. Tahukah Saudara, ketika bank memberi dana ini? Dana
siapa? He he he, dana masyarakat.
See, lihat... Sebenernya mampu kan masyarakat? Mampu. Masyarakat
membiayai pengusaha.
Coba diubah sedikit.
Kepala daerah, duduk jangan hanya dengan pengusaha tersebut, dan
juga bank nya. Duduk pula pemegang data di daerahnya, dan masyarakatnya. Lalu
didapat lah data, bahwa jumlah pegawai negeri di daerahnya, sebut saja 18 ribu
orang.
Bertindak sebagai avalisnya, kepala daerah. Bank lalu diminta memberi
kredit kepada pegawai negeri mereka. Sebut saja 100 juta per kepala. Saya ga
ngerti caranya, tapi cara ini, mesti bisa. Kalau ga bisa, buat saja dulu
langkah, buat saja dulu sejarah, yakni dari angka yang lebih kecil, 10 atau 20x
lipat gaji. Bisa koq. Pasti bisa. Buat kredit konsumtif saja bisa; beli motor,
beli mobil, beli rumah. Lah ini kan harganya sudah belasan, puluhan, dan
ratusan juta.
Jadi, ini bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Nanti jumlahnya secara berkala dinaikkan dan naik. Plafonnya
maksudnya. Andai mencapai jumlah 100 juta, 18 ribu pegawai negeri akan punya
berapa?
18000 pegawai negeri berinvestasi 1 juta, atau dibiayai perbankan
= 18M
18000 pegawai negeri berinvestasi 10 juta, atau dibiayai perbankan
= 180M
18000 pegawai negeri berinvestasi 100 juta, atau dibiayai
perbankan = 1,8T.
Bila ada avalisnya, bila ada proyeknya, bila ada orang dan data
keuangan yang bisa diolah, bank tentu ngasih. Dan memang ngasih.
Tinggal siapa
yang mau mikir, dan mau bertindak saja. Mikirnya dan bertindaknya atas nama
masyarakat banyak, bukan hanya peluang untuk dirinya, perusahaannya,
kelompoknya, partainya.
Apalagi belum tentu butuh, belum tentu perlu, bank. Yang jadi
banknya, ya masyarakat saja. Kalaupun pake bank, ya banknya itu dana masyarakat
saja.
***
No comments:
Post a Comment